JAKARTA, iNews.id - Biografi KH Ahmad Hanafiah, pemimpin Laskar Hizbullah asal Lampung yang resmi ditetapkan sebagai pahlawan nasional menarik diulas.
KH Ahmad Hanafiah masuk dalam enam tokoh yang mendapat anugerah pahlawan nasional dari pemerintah. Penganugerahan gelar pahlawan itu akan dilakukan langsung Presiden Joko Widodo saat peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2023.
"Dua hari lagi tanggal 10 November, peringatan hari pahlawan nasional atau peringatan Hari Pahlawan ke-78. Seperti biasa, setiap hari pahlawan kita menganugerahkan gelar pahlawan kepada para pejuang yang dulu ikut memperjuangkan kemerdekaan negara," kata Mahfud MD di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2023).
Mahfud mengatakan, ada enam tokoh yang mendapat penganugerahan gelar pahlawan nasional. Ke-6 tokoh itu yakni, KH Ahmad Hanafiah Lampung, Ratu Kalinyamat (Jepara), Ida Dewi Agung Jambe (Bali), Bataha Santiago (Sulawesi Utara), M Tabrani (Jawa Timur), dan KH Abdul Chalim (Jawa Barat).
Lantas, bagaimana biografi dan sepak terjang perjuangan KH Ahmad Hanafiah dalam melawan dan mengusir penjajah. Berikut ulasan lengkapnya.
Biografi KH Ahmad Hanafiah
Dilansir dari laman pemprovlampung.go, KH Ahmad Hanafiah lahir pada tahun 1905 di Kecamatan Sukadana, Lampung Timur yang saat itu masih menjadi bagian dari Lampung Tengah.
KH Ahmad Hanafiah merupakan putra sulung KH Muhamad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana sekaligus pondok pesantren pertama di Provinsi Lampung.
Sejak kecil, KH Ahmad Hanafiah sudah menunjukkan kecerdasannya. Pada umur lima tahun, Hanafiah kecil sudah khatam Alquran.
KH Ahmad Hanafiah kemudian mengembara mencari ilmu dan belajar agama Islam ke beberapa pesantren di Lampung maupun Jawa hingga luar negeri, seperti Malaysia hingga ke Mekkah dan Madinah.
Laskar Golok
Pada 1947, Belanda melancarkan agresi pertamanya ke sejumlah daerah di Indonesia. Belanda pun mulai menyerang Lampung yang masih menjadi bagian dari Karesidenan Sumsel itu.
Agresi tersebut memicu perlawanan laskar rakyat bersama TNI terhadap Belanda dalam front pertempuran di Kemarung yang meruapakan hutan belukar di dekat Baturaja ke arah Martapura, Sumsel.
Di sinilah terjadi pertempuran hebat antara laskar rakyat melawan Belanda. Perlawanan laskar rakyat ini tergabung dalam barisan Hizbullah Fisabilillah dan bersenjatakan golok. Karena bersenjatakan golok, KH Hanafiah dan sejumlah kiai lainnya yang memimpin pertempuran hebat ini disebut Laskar Golok.
Demi mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, KH Ahmad Hanafiah mendirikan organisasi pejuang bernama Laskar Hizbullah sebagai medium pendidikan paramiliter bagi pemuda santri.
KH Ahmad Hanafiah memiliki sejumlah pengalaman diantaranya pada masa penjajahan Jepang, ia menjadi anggota Chou Sangi Kai di Karesidenan Lampung pada tahun 1945-1946.
Selain itu, ia juga menjadi ketua Partai Masyumi, pimpinan Hizbullah Kewedana Sukadana dan selanjutnya ia menjadi anggota DPR Karesidenan Lampung pada tahun 1946-1947.
Puncaknya, KH. Ahmad Hanafiah gugur di medan perang dalam upaya mempertahankan kemerdekaan NKRI dari agresi Belanda menjelang malam 17 Agustus 1947 di Front Kamerung, Baturaja, Sumatera Selatan.
Guna mengenang jasa-jasanya, Pemkab Lampung Timur telah membangun monumen patung KH Ahmad Hanafiah pada 2015 di ruas jalan utama Sukadana.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait