Rumah warga di bibir pantai Kota Bandar Lampung yang hancur diterjang gelombang tinggi. (Foto: iNews/Andres Afandi)

BANDARLAMPUNG, iNews.id - Pria paru baya itu hanya berdiri mematung. Pandangannya lurus ke arah laut, tatapannya kosong. Kakinya terendam air hingga ke betis. "Ancur semua," kata dia, setengah berteriak. Sejumlah rumah roboh, berantakan, tepat di sebelah kanan dan kirinya.

Adalah Dul Manan, warga yang tinggal di pesisir pantai Kota Bandarlampung, Lampung. Gelombang tinggi yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember malam tadi, menghantam rumahnya, lalu menyeret hingga perairan pantai. Ratusan perabotan rumah berceceran di sana.

"Ini TV saya," kata dia sambil memperlihatkan TV yang sudah terendam.



Dia tak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi. Karena, setibanya di rumah sekitar pukul 19.00 WIB, kediamannya sudah roboh. Waktu itu, dipikirannya cuma satu, kabar istri dan anak. Bagaimana mereka?

"Katanya sudah lari," ujar Manan.

Seorang ibu dengan pakaian daster itu cuma duduk diam di bibir pantai. Pikirannya melompat kembali ke peristiwa lima jam silam, saat arus besar datang. Dari dalam rumah, Sulastri, sudah merasa khawatir akan terjadi peristiwa yang membahayakan dirinya.

Ternyata benar, karena tiba-tiba saja air laut surut. Suasana mendadak tenang tanpa adanya suara desiran ombak. Sulastri yang juga istri Manan ini langsung membopong anaknya ke luar rumah. Dia bersama puluhan warga lainnya yang tinggal di pesisir pantai Bandar Lampung, lari ke daratan tinggi.

"Langsung kabur ke pegunungan," kata dia.



Apa yang dia takutkan memang bukan sekadar kekhawatiran berlebih. Untungnya sudah sampai di wilayah yang mereka anggap aman. Sebab, warga yang terakhir datang bilang kalau gelombang tinggi menyapu permukiman mereka setelah itu.

Dalam rekaman video yang diterima iNews, terlihat bagaiman gelombang pasang menerjang kawasan pantai. Lokasi-lokasi wisata di sana terendam hingga ketinggian satu meter. Begitu juga di Lampung Selatan. Lobi Hotel Grand Elty Kalianda, terendam air. Bahkan volume air terus naik.

Warga di sekitaran Pantai Kalianda, Arif, tak pernah menyangka kalau malam akhir pekannya malah berujung petaka. Sebelum ada gelombang tinggi, dia sempat mendengar ada suara dentuman keras dari tengah laut. Kira-kira seperti suara ledakan.

"Setelah itu, ada gelombang tinggi sampai 10 meter di laut menuju pantai," kata Arif.

Semua warga panik, mereka yang berada di bibir pantai mulai berhamburan ketika melihat ada gelombang tinggi di perairan laut. Mereka lari ke dataran yang lebih tinggi, khawatir tsunami.

Cahyadi, warga di sekitaran Pantai Karet, Lampung Selatan, hanya ingat bagaimana ombak besar itu menggulung dirinya bersama keluarga di bibir pantai. Dia terpisah dengan istri dan anak laki-lakinya.

"Itu saya sedang mancing. Tiba-tiba ombak besar datang," ujar dia.

Kini, dia tengah menjalani perawatan di rumah sakit. Tangannya patah karena terbentur benda tumpul saat terombang-ambing air pasang. Belum hilang dari ingatannya, bagaimana kondisinya barusan ketika hanyut terbawa gelombang. Benaknya terus memikirkan kondisi keluarga yang terpisah.

"Tapi alhamdulillah, keluarga selamat semua," kata dia.



Sebelumnya, terjangan gelombang tinggi yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018), sekitar pukul 22.00 WIB menyebabkan tujuh orang meninggal dunia dan 89 luka-luka di Lampung Selatan, Lampung.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), I Ketut Sukerta mengatakan, dampak terparah terjadi di empat kecamatan Lampung Selatan, yakni Kalianda, Rajabasa, Sidomulyo, dan Katibung.

"Fokus kita di empat kecamatan tersebut," kata I Ketut saat dihubungi wartawan dari Bandarlampung, Lampung Minggu (23/12/2018).

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan menyampaikan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa tidak ada tsunami di pantai pesisir Kalianda.



Gelombang yang terjadi di Sabtu malam ini mencapai permukiman rumah warga, dan pasang maksimum air laut terjadi pukul 18.00-19.00 WIB dengan tinggi hingga 1,5 meter.

"Hanya pasang surut maksimum yang memang di atas rata-rata. Kami mengimbau kepada warga untuk tetap tenang dan waspada," kata Kepala BMKG Lampung, Sugiyono.


Editor : Andi Mohammad Ikhbal

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network