6 Fakta Orang Lampung yang Cukup Unik, Nomor 5 Bikin Bengong

BANDARLAMPUNG, iNews.id - Fakta orang Lampung yang cukup unik ini harus kamu ketahui. Apalagi jika kamu sedang menjali hubungan dengan warga asli atau keturunan provinsi berjuluk Sai Bumi Ruwa Jurai itu.

Orang asli Lampung disebut unik, mereka bahkan dikenal kurang ramah atau kasar. Sayangnya, hal ini tidak betul. Nada bicara keras dan tinggi sudah menjadi logat asli warga Lampung. Terus, keunikan apalagi ya orang Lampung ini?

Baca Juga

Kenapa Jembatan Jawa Bali Tidak Pernah Dibangun? Mitos Ini Tak Boleh Dilanggar

Berikut fakta orang Lampung yang cukup unik:

1. Orang Lampung Seleranya hampir sama dengan Orang Padang

Orang Lampung gemar makan nasi padang. Tak percaya? Hal ini terbukti menjamurnya warung atau restoran masakan Padang di Lampung. Mereka bahkan disebut-sebut makan nasi padang setiap harinya.

2. Lebih Fasih Bahasa Indonesia ketimbang Bahasa Lampung 

Hampir sebagain besar orang Lampung menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Padahal, Lampung mempunyai bahasa sendiri.

Baca Juga

Sejarah Transmigrasi Orang Jawa ke Lampung

Bahasa asli daerah Lampung adalah bahasa dengan dialek Lampung api dan Lampung nyo. Jika yang ada menggunakan bahasa Lampung, pasti orang itu juga mencampurnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Lampung hanya dipakai orang-orang asli Lampung.

3. Orang Lampung Dikaitkan dengan Begal

Lampung dulunya dikenal sebagai wilayah sarang begal. Bahkan, orang-orang yang berasal dari provinsi itu biasanya dikaitkan dengan begal.

Baca Juga

Alasan Kenapa Orang Sunda Dilarang Menikah Sama Orang Jawa, Diawali Perang Bubat

Namun, stigma itu akhirnya perlahan-lahan diubah oleh jajaran Polda Lampung. Polda Lampung mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengubah stigma kampung begal yang berada di salah satu daerah di Provinsi Lampung.

"Jadi yang diminta Kapolda jelas bahwa kampung begal ini harus dihapus stigmanya, tapi juga harus dijamin dengan keamanannya," kata Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad beberapa waktu yang lalu.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto