Diterjang Tsunami, Masjid Nurul Iman di Rajabasa Tetap Berdiri Kokoh
LAMPUNG SELATAN, iNews.id – Tsunami Selat Sunda akibat longsoran Gunung Anak Krakatau meluluhlantakan kawasan peisisr di Banten dan Lampung.
Ribuan rumah dan bangunan fasilitas umum lainnya hancur akibat diterjang gelombang tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) lalu. Namun, ada satu keajaiban pascabencana itu.
Bangunan Masjid Nurul Iman yang berada persis di pinggir pantai Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan ini tetap berdiri kokoh baik di luar maupun dalam masjid tersebut. Lantai dan tempat imam juga masih tampak bersih pascaditerjang tsunami.
Padahal, seluruh bangunan rumah di sekitar masjid yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari bibir pantai itu sudah hancur diterjang tsunami.

Dari pantauan iNews di lokasi, bangunan masjid yang menghadap langsung ke laut lepas itu hanya mengalami kerusakan sedikit di bagian tiang depan. Di sekitar masjid itu tampak berserakan bekas puing-puing bangunan rumah warga dan sampah yang terbawa gelombang tinggi.
Beberapa warga dan relawan terlihat bergotong royong membersihkan sampah yang berserakan di depan tempat ibadah umat Islam itu. Mereka juga memanfaatkan satu-satunya bangunan yang masih berdiri kokoh untuk beristirahat melepas lelah. Setelah itu, mereka melaksanakan salat berjamaah di masjid tersebut.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Polisi Dedi Prasetyo mengungkapkan, sebanyak 817 rumah di Banten dan Lampung rusak karena terjangan gelombang tinggi dan tsunami Selat Sunda.
"Dari data yang dihitung Polda Banten dan Polda Lampung, kerugian materiil atas peristiwa air laut pasang di Banten dan Lampung sampai dengan 24 Desember pukul 07.00 WIB mencapai 817 rumah yang rusak," katanya di Jakarta, Senin (24/12/2018).

Rincian jumlah kerusakan tersebut yakni sebanyak 446 rumah di Banten dan 371 rumah di Lampung. Selain itu 11 hotel juga mengalami kerusakan yakni sembilan hotel di Banten dan dua hotel di Lampung. "Satu masjid di Lampung yang terdampak (musibah tsunami dan gelombang tinggi)," ujarnya.
Editor: Kastolani Marzuki