Waktu pun cepat berlalu. Tidak terasa Domas sudah melakukan perjalanan selama berbulan-bulan. Ia pun menemukan tempat yang dijelaskan oleh kakek berjanggut putih dalam mimpinya tersebut.
Dia memutuskan untuk bermukim dan membuat gubug kecil. Lalu dia membuat ladang untuk ditanami sayur – sayuran. Setelah sibuk dengan kehidupannya, dia pun juga menyempatkan waktu untuk bersemedi. Di dalam persemediannya ia mendengarkan bisikan ghaib. Ia pun diberi kesaktian berupa pedang dan tongkat kayu berbentuk ular. Akhirnya ia dijuluki Sultan Domas.
Waktu pun berlalu, semakin lama banyak orang yang berkunjung dan bertemu dengan Sultan Domas. Mereka yang bertemu dengan Sultan Domas terkagum-kagum dengan kesaktian dan kebaikan hatinya. Meskipun begitu masih ada saja orang yang iri dengannya dan berniat berbuat jahat.
Suatu hari datang lima orang laki-laki tidak dikenal masuk kedalam pondoknya, mereka hendak mencuri dua pusaka milik Sultan Domas. Di saat mereka sudah berhasil membawa dua pusaka itu tiba-tiba di depan pintu pondok muncul seekor ular raksasa yang menyemburkan api.
Karena mereka takut akhirnya mereka mencoba kabur lewat jendela akan tetapi dihadang oleh buaya raksasa. Saking takutnya mereka hanya bisa berdiam di dalam pondok Sultan Domas
Sampai akhirnya Sultan Domas kembali dan ia justru malah menjamu kelima orang tersebut layaknya seorang tamu. Mulut mereka terkunci tidak bisa berkata apa apa sampai akhirnya Sultan Domas mengucapkan salam kepada mereka. Barulah mereka dapat berbicara lagi.
Mendengar cerita tersebut banyak orang yang ingin bermukin di tempat Sultan Domas mendirikan pondok hingga menjadi sebuah pemukiman yang sekarang dikenal sebagai Way Sekampung. Sampai usia tua Sultan Domas dihormati oleh orang sekitar sebagai orang sakti dari Way Sekampung.
Itulah cerita rakyat lampung, Sultan Domas, pemimpin yang baik hati. Kisah ini menceritakan walaupun Sultan Domas dahulu merasakan penderitaan akan tetapi ia tidak pendendam dan malah terus berbuat baik kepada orang lain hingga ia mendapatkan kesaktian. Nilai yang bisa kita petik adalah jangan membalas kejahatan dengan kejahatan melainkan dengan kebaikan.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait