Mengenal Aksara Lampung, Sejarah dan Awal Mula Penggunaannya

JAKARTA, iNews.id - Aksara Lampung atau dikenal juga istilah Had Lampung merupakan salah satu aksara yang berkembang di Pulau Sumatera. Ini sekaligus menjadi kekayaan Indonesia akan ragam budaya dan masyarakatnya sejak dahulu.
Aksara Lampung merupakan turunan dari aksara Brahmi melalui perantara aksara Kawi. Aksara Lampung ini aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Lampung sejak pertengahan abad ke-17 hingga abad ke-20 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin.
Jauh sebelum Perang Dunia II, masyarakat suku Lampung telah fasih membaca dan menulis aksara Lampung. Banyak di antaranya bahkan menguasai variasi aksara Lampung.
Masyarakat setempat menggunakan aksara Lampung ini untuk berbagai hal, mulai dari sarana komunikasi, sarana pergaulan, hingga penulisan surat-surat penting. Oleh karena itu, tingkat melek huruf suku Lampung sangat tinggi di masa itu.
Aksara Lampung utamanya digunakan sebagai sarana komunikasi sesama penutur rumpun bahasa Lampung. Bahkan saat itu, orang Lampung akan merasa sangat malu bila tidak fasih membaca dan menulis aksara Lampung.
Selain sebagai sarana komunikasi, aksara Lampung juga digunakan dalam pergaulan muda-mudi Lampung. Pemuda dan pemudi Lampung tidak bisa bergaul secara bebas karena pertemuan mereka diatur secara adat.
Adat yang mengatur pertemuan mereka disebut Manjau Muli. Dalam aturan adat ini, ada sebuah acara muda-mudi Lampung bisa bersua ria di tempat orang yang sedang mengadakan upacara adat.
Acara ini dinamakan Miyos Damau, yang biasa diikuti secara beramai-ramai oleh muda-mudi Lampung. Dalam acara ini, para bujang dan gadis dapat saling bercakap-cakap, sindir menyindir dan bersurat-suratan. Tidak jarang pula acara ini menjadi arena untuk saling menguji kepandaian bersastra, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Acara ini menjadi sangat menarik ketika mereka saling adu kepandaian menulis dan membaca aksara Lampung. Bahkan ada beberapa cara menulis aksara Lampung yang harus dikuasai para bujang dan gadis agar tidak menanggung malu dalam acara istimewa tersebut.
Dalam dunia kesastraan Lampung, aksara Lampung juga digunakan untuk menulis mantra, hukum adat dan surat-surat penting seperti surat jual beli dan surat perjanjian.
Bahkan pada zaman penjajahan Belanda, aksara Lampung digunakan untuk menulis surat-surat resmi, seperti Surat Keputusan Pengangkatan Kepala Kampung, surat keterangan kelahiran dan kematian, serta surat-surat resmi lainnya. Hal ini tidak terlepas dari tingginya angka melek huruf suku Lampung saat itu.
Saat ini, penggunaan aksara Lampung bisa dijumpai pada lambang kabupaten/kota/provinsi, pelang nama jalan, pelat nomor rumah, dekorasi rumah, surat undangan pesta adat hingga usaha ekonomi kreatif.
Semua sekolah di Provinsi Lampung juga wajib mengajarkannya dalam muatan lokal bahasa dan aksara Lampung, namun dengan penggunaan yang terbatas. Ke depannya, aksara Lampung diharapkan bisa digunakan di media elektronik seperti ponsel cerdas dan komputer jinjing/meja.
Sementara itu, Pemprov Lampung akan terus berupaya menjaga dan melestarikan budaya berupa aksara Lampung. Karena itu, dalam waktu dekat ini, pemprov mengadakan sosialisasi kepada seluruh kabupaten/kota untuk kembali membangkitkan aksara Lampung yang mulai tersisihkan.
"Sosialisasi melibatkan seluruh kabupaten/kota dan para guru," kata Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Lampung Ellya Muchtar belum lama ini.
Editor: Donald Karouw