get app
inews
Aa Text
Read Next : Kasat Reskrim Polres Lampung Utara Sebut Penggeledahan di BPBD untuk Perkuat Alat Bukti Korupsi

Miris! 5.599 Anak di Lampung Utara Putus Sekolah karena Faktor Ekonomi Keluarga

Rabu, 17 Januari 2024 - 09:22:00 WIB
Miris! 5.599 Anak di Lampung Utara Putus Sekolah karena Faktor Ekonomi Keluarga
Ilustrasi ribuan anak putus sekolah di Lampung Utara. (Foto: Freepik)

LAMPUNG UTARA, iNews.id - Ribuan anak di Kabupaten Lampung Utara (Lampura), Provinsi Lampung putus sekolah. Faktor penyebabnya karena masalah ekonomi dan keluarga.

Data yang dihimpun dari Dinas Pendidikan Lampura tahun 2022 terdapat 2.625 anak tidak sekolah. Jumlah ini berasal dari 124 desa dari 247 kelurahan/desa di 23 kecamatan yang melaporkan ke Dinas Pendidikan setempat.

Sementara pada tahun 2023, anak tidak sekolah mengalami peningkatan. Terdapat sebanyak 5.599 anak tidak melanjutkan pendidikan dari jenjang SD ke SMP dan SMP hingga SMA.

Kepala Dinas Pendidikan Lampura Sukatno mengatakan, anak tidak sekolah ini banyak disebabkan faktor ekonomi dan keluarga.

"Penyebab utamanya mereka tidak sekolah itu faktor ekonomi, kemudian permasalahan status sosial dan kurangnya kesadaran dari orang tua serta anak yang berkebutuhan khusus," ujar Sukatno, Rabu  (17/1/2024).

Dia menjelaskan, jumlah anak yang tidak sekolah pada jenjangnya masing masing yaitu kelompok usia 5-6 tahun (PAUD), usia 7-12 tahun (SD), usia 13-15 tahun (SMP) dan usia 16-18 tahun (SMA/SMK).

"Untuk tahun 2022, usia 7-12 tahun terbanyak berada di Desa Candimas, Kecamatan Abung Selatan dan Desa Lubuk Rukam Kecamatan Hulu Sungkai dengan masing masing 50 anak tidak sekolah. Untuk usia 13-15 tahun di Desa Semuli Raya, Kecamatan Abung Semuli ada 127 anak dan usia 16-18 terdapat di Desa Negara Ratu Kecamatan Sungkai Utara dengan 131 anak, " kata Sukatno.

Dampak dari faktor ekonomi harus dirasakan anak-anak dari keluarga kurang mampu yang seharusnya belajar di sekolah meski pemerintah telah mencanangkan program sekolah gratis.

Seperti halnya dialami Tole warga Kelurahan Rejosari. Sehari-hari dia bekerja sebagai buruh serabutan. Dengan terpaksa dia harus memberhentikan anaknya dari sekolah yang telah duduk di kelas 2 SMP.

"Mau bagaimana lagi, karena faktor ekonomi dan tidak mampu membelikan peralatan sekolah," ujar Tole.

Hal sama diakui Muhammad Agung. Dia juga harus merasakan pahitnya kebutuhan ekonomi keluarga. Dia harus berhenti sekolah karena faktor ekonomi orang tuanya. 

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut