Sejarah Kota Metro Lampung, Asal Namanya Ternyata dari Bahasa Belanda
JAKARTA, iNews.id - Sejarah Kota Metro ini harus kamu tahu. Salah satu kota di Provinsi Lampung ini menjadi wilayah terbesar kedua di provinsi ini.
Metro berjarak sekitar 52 kilometer dari Bandarlampung. Kota ini resmi berdiri pada 9 Juni 1937. Saat ini Metro sudah berusia 85 tahun.
Dilansir dari berbagai sumber, Kamis (1/12/2022), dasar hukum berdirinya Kota Metro ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Metro.
Kota Metro lahir dari dibangunnya Induk Desa Baru bernama Trimurjo. Induk desa baru itu dibangun berbarengan dengan kolonisasi.
Trimurjo sendiri merupakan bagian dari Onder Distrik Gunungsugih. Kawasan ini adalah daerah yang terisolasi tanpa banyak pengaruh dari penduduk lokal Lampung.
Pada awal tahun 1936, Pemerintah kolonial Belanda mengirimkan penduduk dari Pulau Jawa (kolonis) ke wilayah ini. Pengiriman penduduk ini disebut transmigrasi.
Dengan pengiriman ini, diharapkan bisa mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mengurangi kegiatan para aktivis kemerdekaan.
Setahun kemudian, atau pada 9 Juni 1937, nama Trimurjo berganti menjadi Metro. Asal nama Kota Metro. Lalu dari mana asal kata Metro. Ada beberapa versi terkait perubahan nama ini.
Versi pertama, nama Metro berasal dari kata Meterm dalam Bahasa Belanda yang artinya pusat. Nama ini diambil karena Metro berada di pusat atau tengah-tengah antara Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, bahkan di tengah (center) Provinsi Lampung.
Versi selanjutnya, Metro diambil dari kata Mitro. Dalam Bahasa Jawa, Mitro berarti teman, mitra, kumpulan. Hal tersebut dilatarbelakangi dari kolonisasi yang datang dari berbagai daerah di luar wilayah Sumatera yang masuk ke daerah Lampung.
Namun, yang paling relevan adalah, Metro berasal dari bahasa Belanda, ini didukung kuat dengan sejarah dan berdirinya sebuah landmark berupa menara yang dinamakan Menara Meterm yang berada di Taman Merdeka, Alun-Alun Kota Metro.
Awalnya, wilayah ini sebagai pusat pemerintahan Onder Distrik (setingkat kecamatan). Kota Metro dipimpin oleh Raden Mas Sudarto sebagai asisten kepala distrik pertama.
Onder Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang, sementara Distrik dikepalai oleh seorang Demang. Sedangkan atasan daripada Distrik adalah Onder Afdeling yakni seorang Controleur berkebangsaan Belanda.
Selama periode yang sama, pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak jalan, juga klinik, kantor polisi, dan kantor administrasi.
Pada tahun 1941 dibangun sebuah masjid, kantor pos, pasar yang besar, dan penginapan, serta pemasangan listrik dan saluran telepon.
Pengembangan berikutnya adalah dibangunnya irigasi untuk memastikan tanaman yang sehat. Belanda memperkerjakan Ir. Swam untuk merancang sistem irigasi.
Desainnya dikenal dengan nama tanggul selebar 30 meter dan sedalam 10 meter saluran irigasi dari Sungai Way Sekampung ke Metro.
Di zaman kemerdekaan, nama Kota Metro tidak diubah dan tetap Metro. Dengan berlakunya Pasal 2 Peraturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 maka Metro Termasuk dalam bagian Kabupaten Lampung Tengah yang dikepalai oleh seorang Bupati. Bupati yang pertama menjabat adalah Burhanuddin (1945-1948).
Editor: Nur Ichsan Yuniarto