Tak di Jakarta, Ini Kegiatan Try Budi di Way Kanan saat Ade Armando Dikeroyok

WAY KANAN, iNews.id - Seorang pria asal Way Kanan, Lampung, Try Setia Budi Purwanto dituding sebagai pelaku pengeroyokan Dosen UI Ade Armando di Gedung DPR RI, Jakarta. Padahal saat kejadian, Try sedang bekerja di kampungnya.
Kapolres Way Kanan AKBP Teddy Rachesna mengatakan, Try merupakan warga asli Blambangan Umpu, Way Kanan Lampung. Dia lahir 26 April 1996. Saat ini, dia tinggal di Jalan Inpres RT 002 RW 001 Kampung Lembasung, Kecamatan Blambangan Umpu.
"Dia sehari-hari bekerja sebagai honorer di Pemkab Way Kanan," kata AKBP Teddy, Selasa (12/4/2022).
Usai dituding sebagai pelaku pengeroyokan, Try pun disambangi petugas kepolisian. Dia kemudian ke Mapolres Way Kanan. Di sana, dia membeberkan kegiatannya pada Senin (11/4/2022).
"Dari hasil pemeriksaan, berdasarkan keterangan dari Try Setia Budi, pada hari Senin 11 April 2022 pukul 10.00 WIB, dia datang ke kantor untuk bekerja di Pemkab Way Kanan," katanya.
Kemudian, lanjut Teddy, pada pukul 11.30 WIB Try mencuci kendaraan dinas di Gedung Serbaguna (GSG) Pemkab Way Kanan.
Selanjutnya, pukul 13.00 WIB menyiapkan sound system untuk kegiatan Bazzar Ibu PKK Pemkab Way Kanan di Simpang 5 Tugu Ryacudu, Blambangan Umpu.
Selanjutnya, pada pukul 15.00 WIB, Budi pulang ke rumah untuk istirahat kemudian pukul 16.30 WIB datang ke rumah orang tua di KM5 Blambangan Umpu untuk berbuka puasa bersama.
"Semua saksi terkait Alibi juga sudah diperiksa untuk cross check nya," katanya.
Lebih lanjut Teddy mengatakan, Try baru mengetahui viral dalam aksi pengeroyokan di Jakarta pada pukul 18.30 WIB.
"Saat itu Try Setia Budi Purwanto dihubungi oleh Kepala Kampung Lembasung, Blambangan Umpu, Helmi Ibrahim untuk datang ke kediamanya," kata dia.
Selanjutnya pada pukul 20.20 WIB, Try Setia Budi Purwanto bersama kakak iparnya dan Helmi Ibrahim datang ke Polres Way Kanan untuk klarifikasi.
"Jadi yang fotonya viral sebagai salah satu terduga pengeroyokan di Jakarta, bahkan informasi yang sudah beredar di medsos itu tidaklah benar," tutupnya.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto