Sepulang dari pendidikan di Jerman, Luhut memimpin pasukan antiteror pertama di Indonesia yaitu Datasemen 81 (Den-81) Kopassus. Ketika ini dirinya kerap dipanggil menghadap Jenderal Benny di kantornya, Jalan Sahardjo.
Benny, kata Luhut, mengajak berbincang, mulai menanyakan pelatihan pasukan Den-81 atau isu-isu lainnya. Dari situ dia mendapat kesan khusus mengenai betapa Benny memiliki karakter yang sangat kuat.
"Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum. Saya kagum bahwa loyalitas kepada pimpinan negara dan NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap kata atau tindakannya mencerminkan, menurut istilah masa kini, kesetiaan yang tegak lurus ke atas," kata dia.
Pria yang menjadi lulusan terbaik Akmil 1970 ini menambahkan, dirinya bahkan pernah ditugaskan untuk mengawal sosok penting. Dalam tugas itu, Luhut harus mempertaruhkan leher atau nyawanya.
"Luhut, sejak dua atau tiga tahun lalu, sudah banyak yang antre untuk menggantikan saya, tetapi orang ini (sambil menunjuk foto Pak Harto di dinding) kalau terjadi sesuatu pada dirinya… Republik itu menjadi kacau…!" kata Benny.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait